Awareness Christianity

Inside Out Christian Living

Archive for the tag “surat roma”

TRANSFORMASI ROHANI

Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

(Roma 8:29)

“Apakah tujuan Allah menyelamatkan manusia?” Ini adalah salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab oleh setiap orang percaya. Kesalahpahaman akan jawaban ini akan mempengaruhi bagaimana cara kita menjalankan kehidupan kekristenan kita di atas muka bumi ini.

Seringkali jawaban yang diberikan kepada pertanyaan tersebut adalah bahwa Allah menyelamatkan manusia agar manusia dapat masuk ke Sorga. Jawaban ini seringkali membuat banyak orang percaya menjadi pasif dalam kehidupannya. Rasa aman bahwa keselamatan mereka telah terjamin membuat banyak orang percaya tidak melakukan apa-apa bagi Allah dalam kehidupannya. Mereka melakukan kehidupan mereka sesuai dengan apa yang mereka pandang baik atau yang mereka sukai, sambil menantikan janji “masuk ke Sorga” ini digenapi. Mempercayai Yesus seperti membeli sebuah asuransi jiwa di mana iman itu hanya bermanfaat sebagai tiket masuk ke dalam Sorga.

Namun jika melihat dalam ayat di atas kita melihat bahwa tujuan Allah menyelamatkan manusia bukanlah membawa manusia ke Sorga. Roma 8:29 dengan jelas menyatakan bahwa tujuan akhir dari tindakan penyelamatan Allah adalah membawa setiap manusia kepada keserupaan dengan gambaran Kristus (AnakNya). Apakah yang dimaksud dengan gambaran Kristus di sini? Gambaran Kristus di sini bukan berbicara kemiripan secara fisik namun lebih berbicara tentang karakter dan kehidupan Kristus. Dengan kata lain, Allah menyelamatkan manusia untuk mengubahkan setiap orang yang percaya sehingga kehidupannya dapat menjadi sebuah kehidupan yang meneladani Kristus dalam setiap aspeknya.

Jika demikian halnya, maka sungguh suatu yang menyedihkan jika kita melihat bahwa masih begitu banyak orang Kristen yang merasa sudah diselamatkan namun ternyata mereka tidak mengalami karya pengubahan Allah dalam hidup mereka. Ini sama halnya dengan menipu diri kita sendiri. Jika pengubahan ini merupakan tujuan akhir Allah maka harusnya pengubahan kehidupan ini harusnya menjadi tujuan akhir yang harus dikejar dengan penuh hasrat oleh setiap orang percaya. Ketidakmengertian tentang tujuan akhir Allah dan proses bagaimana Allah mengubahkan kita seringkali menghambat banyak orang percaya tidak mengalami kuasa transformasi dari Roh Kudus.

Maka pertanyaan berikutnya yang harus dijawab adalah bagaimana pengubahan (transformasi) rohani ini dapat terjadi dalam kehidupan orang percaya? Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma pasal 12 menyinggung kembali tentang transformasi kehidupan ini. Dia menunjukkan bagaimana transformasi rohani ini dapat terjadi dalam kehidupan orang percaya.

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:1-2)

Dalam Roma 12:1-2, kita melihat ada tiga hal mendasar yang diperlukan agar setiap orang percaya dapat mengalami transformasi rohani. Tiga hal tersebut adalah:

1. Kemurahan Allah.

Dalam pembukaannya dalam mendorong orang percaya di Roma agar mengalami transformasi rohani, Paulus mendasarkannya kepada satu hal yaitu Kemurahan Allah. Ini berarti bahwa pengalaman, kesadaran dan pemahaman akan kemurahan Allah adalah dasar dari terjadinya suatu transformasi rohani. Apakah yang dimaksud dengan kemurahan Allah di sini? Untuk memahami kemurahan Allah , maka kita harus melihat dalam pasal-pasal sebelum pasal 12 (perhatikan Paulus mengawali pasal ini dengan “karena itu”).

Kemurahan adalah sebuah perkenan yang diberikan kepada orang yang tidak layak menerimanya. Kemurahan juga berbicara tentang belas kasihan yang diberikan kepada seseorang. Dalam surat Roma, kemurahan Allah berbicara tentang anugerah Allah dalam Kristus yang diberikan kepada setiap orang berdosa. Orang berdosa yang harusnya mengalami murka dan hukuman Allah namun ternyata justru diampuni dan dijadikan anak Allah adalah kemurahan Allah yang dinyatakan dalam Roma. Kesadaran akan luar biasanya kebaikan Allah ini menjadi pendorong perubahan kehidupan setiap orang percaya. Perubahan dalam kehidupan orang percaya adalah perubahan yang terjadi dari dalam keluar (inside out) bukan perubahan yang dipaksakan (outside-in).

Kemurahan Allah di sini sangat berhubungan dengan Anugerah Allah. Walaupun kata ini seringkali digunakan oleh banyak orang Kristen, kata ini seringkali tidak dipahami oleh banyak orang yang memakainya. Untuk memahaminya, saya akan menggunakan tiga kata untuk membandingkan. Tiga kata itu adalah: upah, sedekah dan anugerah.

  • Upah adalah sesuatu yang diberikan kepada kita, saat kita melakukan sesuatu yang baik kepada seseorang.

Banyak orang Kristen melandaskan hidup kekristenannya dengan kinerja ini. Lakukan sesuatu bagi Allah maka Allahpun akan melakukan sesuatu bagi Anda. Orang Kristen yang melandaskan hidupnya dengan cara ini sesungguhnya tidak memahami jantung dari kekristenan itu sendiri. Mereka tidak ada bedanya dengan orang yang tidak Kristen bahkan cenderung jatuh ke dalam cara hidup yang legalistik dan agamawi.

Jika diaplikasikan dalam berelasi dengan orang maka orang yang memegang cara pandang ini mengatakan “jika ditampar pipi kirimu, tamparlah pipi kiri orang lain”.

  • Sedekah adalah sesuatu yang diberikan kepada kita, saat kita tidak melakukan sesuatu apapun.

Banyak orang menyangkan bahwa anugerah adalah sama dengan sedekah ini. Oleh karena itu mereka sangat memuji sedekah ini. Orang-orang yang memegang cara pikir ini beranggapan bahwa mereka memang tidak melakukan apa-apa bagi Allah, namun Allah telah memberikan segala sesuatu kepada mereka.

Jika diaplikasikan dalam relasi maka orang yang memegang prinsip ini mengatakan “jika ditampar pipi kirimu, diam saja jangan membalas.” Namun jelas ini bukanlah konsep anugerah.

  • Anugerah adalah sesuatu yang diberikan kepada kita, saat kita melakukan sesuatu yang jahat kepada seseorang.

Inilah yang dikatakan Alkitab kepada kita. Kita telah memusuhi Allah, kita telah menyakiti hatiNya, kita telah membunuh AnakNya. Namun Dia tidak menghukum kita, sebaliknya Dia mengampuni kita bahkan menjadikan kita sebagai anakNya dan Ahli warisNya. Anugerah yang luar biasa.

Jika diaplikasikan dalam relasi, maka orang yang memegang prinsip ini mengatakan “jika ditampar pipi kirimu, berilah pipi kananmu”.

2. Persembahan Tubuh.

Langkah kedua adalah Paulus mengatakan bahwa orang percaya harus mempersembahkan tubuh mereka. Tindakan mempersembahkan adalah tindakan yang dilakukan seorang imam dalam Perjanjian Lama. Tindakan ini adalah tindakan yang dilakukan secara sukarela. Tubuh yang dimaksudkan di sini adalah keseluruhan hidup. Jadi di sini Paulus mendorong setiap orang percaya untuk memberikan seluruh kehidupan mereka kepada Allah. Sebelum orang percaya mau melepaskan hak kepemilikan mereka atas hidup mereka (mati atas diri mereka sebagai korban) maka mustahil orang percaya dapat hidup bagi Allah. Korban dalam Perjanjian Baru adalah korban yang hidup bukan korban yang mati. Ibadah dalam Perjanjian Baru adalah hidup yang berbeda dengan dunia dan hidup untuk menyenangkan Allah.

Hal yang menarik lainnya dalam bagian ini adalah bahwa kata “tubuh” di sini memakai bentuk jamak sedangkan persembahannya memakai kata tunggal. Dengan demikian mempersembahkan kehidupan ini memiliki dimensi korporat (bersama). Seseorang percaya perlu mempersembahkan hidupnya bersama-sama dengan orang percaya yang lain dalam kesatuan dan komunitas. Tuhan bukan hanya menginginkan persembahan perorangan namun DIA juga menginginkan persembahan bersama-sama.

3. Pembaharuan Budi.

Hal ketiga yang harus dilakukan oleh orang percaya adalah melakukan pembaharuan budi. “Budi” di sini bukan hanya berbicara tentang pikiran atau akal. Namun budi di sini lebih mengacu kepada keberadaan batin seseorang. Kita sering menyebutnya dengan “hati” (pikiran, perasaan, kehendak, hati nurani). Maka pembaharuan kehidupan dalam keristenan adalah perubahan dari dalam keluar (inside-out) bukan perubahan yang dipaksakan dari luar ke dalam (outside-in). Orang percaya harus terus menerus melakukan pembaharuan batin setiap saat. Pembaharuan ini terjadi saat orang percaya mempelajari firman, berdoa dan bersekutu dengan sesama orang percaya.

Navigasi Pos