Awareness Christianity

Inside Out Christian Living

Sembah dan Puji Dia

Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.

(Matius 2:11)

Injil Matius adalah Injil tentang Raja. “Kami datang untuk menyembahNya” kata orang Majus, dan dengan perkataan ini mereka menyatakan siapakah  Yesus dan apa yang menjadi hakNya.

Karena Penyembahan adalah segalanya. Semakin kita menyembahNya, maka semakin banyak lagi alasan yang akan Allah berikan kepada kita untuk menyembahNya.

Sebelum kita berdoa marilah kita menyembah;  dalam pemberitaan Firman marilah kita menyembah; dalam segala sesuatu angkatlah hati yang penuh pengagungan kepadaNya.

Inilah pekerjaan gereja di muka bumi pada saat ini, untuk menegakkan penyembahan kepada Allah. Kalau kita tidak melakukannya maka Allah tidak akan memiliki penyembahan di dunia sekarang ini. Tentu saja kita jangan mengabaikan pelayanan yang lain, tapi marilah kita memberikan prioritas pertama kepada penyembahan.

Orang Majus membuka petti harta mereka kepadaNya, bagaimana mungkin kita menahan sesuatu dari Tuhan? Kita harus mempersembahkan kemenyan bukan parfum. Kemenyan adalah sesuatu yang terbakar sepenuhnya di atas mezbah sebelum ia mengeluarkan bau harum. Inilah penyembahan yang sejati dan inilah saatnya di mana Bapa mencari penyembah-penyembah yang sejati

1 Korintus (Pengantar)

 KORINTUS

Written by Gunawan   
A. Penulis : Paulus

B. Waktu penulisan : 56 M di Efesus

C. Tema : Memecahkan masalah doktrin dan praktek gereja dan pertumbuhan gereja dalam Kristus

D. Kata kunci : Salib, dosa-dosa seksual, karunia-karunia rohani, kasih, Kebangkitan, Tuhan

E. Ayat Kunci : 1 Korintus 10:13

F. Latar Belakang :

Paulus merintis gereja di Korintus sekitar tahun 50-51 M, ketika ia berada 18 bulan di sana pada perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Dia terus memelihara hubungan dan merawat gereja ini setelah kepergiannya (lihat 1 Kor 5:9; 2 Kor 12:14). Dalam pelayanannya selama 3 tahun di Efesus, dalam perjalanan misinya yang ketiga (kis 19), ia telah menerima laporan yang mengganggu mengenai kelemahan moral dari orang-orang percaya di Korintus. Untuk mengatasi masalah ini, ia mengirim surat kepada gereja ini (1 Kor 5:9-11), yang telah hilang.

Beberapa waktu kemudian. Sebuah delegasi yang dikirim oleh Khloe, anggota gereja di Korintus, melaporkan kepada Paulus mengenai perpecahan dalam gereja Korintus. Sebelum ia sempat menulis surat, delegasi yang lain dari Korintus datang untuk menanyakan beberapa pertanyaan (1 Kor 7:1; 16:17). Paulus dengan segera mengirim Timotius ke Korintus untuk membantu mengoreksi kondisi yang ada di sana (1 Kor 4:17). Dia kemudian menulis surat yang kita kenali sebagai 1 Korintus, dengan pengharapan bahwa surat tersebut akan sampai sebelum Timotius (16:10). Karena Paulus menulis surat ini pada akhir dalam pelayanannya di Efesus (16:18), kemungkinan ditulis sekitar tahun 56 M.

Surat ini menyatakan beberapa problem budaya Yunani yang umum pada waktu itu pada masa Paulus, termasuk immoralitas seksual yang bertumbuh di kota Korintus. Orang Yunani terkenal dengan penyembahan berhala mereka, filsafat yang beraneka ragam yang memecah belah, roh perdebatan, dan penolakan terhadap kebangkitan tubuh. Korintus adalah kota yang komersial pada waktu itu dan menguasai perkapalan antara Timur dan Barat. Kota ini berlokasi di sebuah leher yang sempit dari sebuah tanah yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antar Yunani dan Peloponnesian. Kota ini sangat terkenal dengan seksualitasnya dan pelacuran bakti. Bahkan namanya menjadi sebuah ungkapan “kepada pemegang paham Korintus” berarti melakukan prostitusi/pelacuran. Roh teritorial dari kota ini adalah Aphrodite (Venus), dewi dari nafsu birahi, dan ribuan pelacuran profesional melayani di kuil yang didedikasikan untuk penyembahan kepadanya. Roh dari kota ini telah muncul dalam gereja dan menerangkan jenis masalah yang dihadapi oleh gereja di Korintus. Hal ini juga memunculkan beberapa masalah, di mana pengalaman-pengalaman religius yang mereka miliki dahulu sebelum bertobat telah mempengaruhi pengalaman dan pelayanan Roh Kudus.

G. Tujuan

1 Korintus adalah surat yang bersifat penggembalaan (jangan dikacaukan dengan surat pastoral – 1&2 Timotius, Titus). Ditulis untuk menyelesaikan masalah doktrin dan praktek dalam gereja lokal. Kepengarangan Paulus memberikan aplikasi rasuli terhadap surat ini kepada “gereja-gereja Tuhan” (11:16).

H. Isi

Surat ini berisi respon Paulus terhadap kepada 10 masalah yang terpisah: roh perpecahan, perkawinan antar keluarga (incest), perkara-perkara hukum, pernikahan dan perceraian, makan persembahan berhala, mengenakan tudung, perjamuan Tuhan, karunia-karunia Roh, dan kebangkitan tubuh.

J. Aplikasi Pribadi
Tidak ada surat yang lebih jelas menggambarkan tentang keadaan gereja pada abad pertama selain surat Korintus. Di dalamnya Paulus memberikan instruksi yang tegas dan langsung terhadap berbagai maslah moral dan theologis seperti perpecahan, ketidakdewasaan rohani, disiplin gereja, perbedaan etika, peranan gender dan penggunaan yang benar dari karunia-karunia rohani. Bagi gereja-gereja yang bersifat non- Pentakosta atau non-Kharismatik, mereka akan ditantang dari vitalitas dan bukti dari karunia-karunia Roh yang ada di gereja Korintus dan memungkinkan asumsi-asumsi tradisional yang menentang hal-hal tersebut. Bagi mereka yang berasal dari gereja-gereja Pentakosta/Kharismatik, mereka ditantang untuk meneliti ulang praktek mereka dalam terang tuntunan Paulus untuk ibadah gereja.

K. Garis Besar

I. Pendahuluan dengan salam dan ucapan syukur 1:1-9
II. Masalah roh perpecahan yang timbul dari pengkultusan individu pemimpin-peminpin rohani karena        hikmat mereka 1:10 – 4:21
III. Masalah disiplin internal gereja yang disebabkan oleh kasus incest 5:1-13
IV. Masalah hukum antara orang Kristen di pengadilan 6:1-11
V.  Masalah penyalahgunaan seksual karena penyalahgunaan etika Paulus 6:12-20
VI. Masalah hubungan antara sekuler dan rohani dalam area seks, pernikahan dan                                     Perbudakan 7:1-40
VII. Masalah perbedaan etika antar saudara dalam makan persembahan berhala 8:1-11:1
VIII.Masalah peranan gender dalam terang penggunaan tudung 11:2 – 16
IX.   Masalah pelecehan dari perjamuan Tuhan 11:17-34
X. Masalah manifestasi rohani yang timbul karena
Penyalahgunaan karunia bahasa lidah 12:1 – 14:40
XI. Masalah kebangkitan tubuh 15:1 – 58
XII. Salam 16:1-24

Menemukan Kembali Gereja…

Hari ini kata “gereja” sudah mengalami perubahan arti. Dan perubahan arti itu merugikan kehidupan gereja. Oleh karena itu kita perlu menemukan kembali arti gereja yang hilang tersebut.

 

A. Arti Gereja menurut orang-orang Kristen Modern

  • Gereja adalah bangunan di mana orang-orang Kristen melakukan kebaktian.
  • Gereja adalah organisasi agama di mana orang Kristen bergabung.
  • Gereja adalah kebaktian yang diadakan oleh orang-orang Kristen (khususnya hari Minggu).
  • Gereja adalah organisasi yang sudah disyahkan oleh sebuah denominasi tertentu.

 

Kata “church” (yang diterjemahkan dalam Alkitab LAI sebagai jemaat atau gereja dalam pemakaian sehari-hari) dalam bahasa Inggris sebenarnya berasal dari kata sifat dalam bahasa Yunani kuriakos yang berarti “dari Tuhan” atau “milik/kepunyaan Tuhan” yang kemungkinan kependekan dari kuriakos doma atau kuriakos oikos yang dapat diartikan umat kepunyaan Tuhan atau rumah Tuhan. Sedangkan kata benda dalam bahasa Yunani yang mendekati konsep ini adalah sunagoge yang dapat berarti ganda yaitu umat Tuhan atau tempat khusus di mana mereka berkumpul. Namun yang menarik, dari arti-arti di atas tidak satupun yang ada/dipakai dalam Alkitab untuk mengacu kepada jemaat/gereja.

 

B. Arti Gereja Menurut Alkitab

Setiap kata “gereja” muncul dalam Perjanjian Baru, ia berasal dari kata Yunani ekklesia. Tidak seperti kuriakos maupun sunagoge, kata ekklesia:

§         Tidak pernah mengacu kepada bangunan atau tempat untuk menyembah.

§          Kata ini berasal dari dua kata yaitu ek yang artinya keluar dan kaleo yang artinya memanggil.

§         Kata ini selalu berarti sebuah pertemuan, kumpulan orang atau jamaah (jemaat).

§         Di luar Perjanjian Baru, kata ekklesia selalu digunakan untuk perkumpulan politik yang berkumpul secara teratur dengan tujuan untuk membuat keputusan atas kota di mana mereka berkumpul.

§         Jadi, ekklesia selalu bermakna orang-orang (yang dipanggil keluar).

 

C. Penggunaan kata Ekklesia

Dalam PB, terdapat 6 cara penggunaan yang berbeda dari kata ekklesia:

  1. Dalam Kis 19:23-41 menunjuk pada perkumpulan para pengrajin yang dipanggil oleh Demetrius untuk berkumpul di teater kota.
  2. Dalam Kis 7:38 dan Ibrani 2:12 digunakan untuk perkumpulan Israel di padang gurun dan di Bait Allah.
  3. Dalam Matius 18:17, 1 Kor 11:17-18; 14:4-5, 18-19, 23, 28, 34-35 digunakan untuk perkumpulan orang-orang Kristen yang bertemu dengan tepat dan terjadwal.
  4. Dalam Kisah 8:1, Roma 16:1, 1 Tes 1:1 dan Why 2:1, 8, 12, 18 digunakan kepada jumlah total orang Kristen yang ada di suatu kota.
  5. Dalam Roma 16:5, 1 Kor 16:19, Kol 4:15, Filemon 2 digunakan untuk pertemuan secara teratur dalam rumah-rumah anggotanya.
  6. Dalam Mat 16:18, Kis 9:31, Efesus 1:22; 3:10, 20-21; 5:23, 25-27, 29, 32 dan Kol 1:18, 24 digunakan untuk tubuh Kristus yang rohani, totalitas orang Kristen di segala tempat dan waktu.

 

D. Implikasi dari Penggunaan kata Ekklesia dalam PB.

§        Gereja bukan organisasi, program, acara atau bangunan. Gereja adalah ORANG-ORANG!

§        Gereja bukan gedungnya dan bahkan tidak memerlukan gedung. Lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, Ia telah membuat rumah Allah yang baru yaitu gereja (Yoh 2:19-21; 1 Kor 3:17, 6:19, Ef 2:21). Allah tidak berdiam dalam bangunan yang dibuat oleh tangan manusia (Kis 7:48).Membuat sebuah gedung dan menamainya gereja adalah pelecehan terhadap karya Kristus. Gedung pertemuan barulah muncul pada tahun 327 M dibuat oleh kaisar Konstantine. Dibangun berdasarkan basilika Romawi yang mencontoh model kuil-kuil kafir Yunani. Dengan demikian selama 300 tahun, gereja PB bertumbuh, berkembang, dan mempengaruhi dunia tanpa gedung.

§        Gereja bertemu di rumah-rumah. Inilah pola Allah bagi gerejaNya! Strategi penginjilan Yesus adalah lewat rumah-rumah (Mat 10:12-14, Luk 10:5-7), diteruskan oleh rasul-rasul (Kis 10:22; Kis 16:15). Orang-orang Kristen berkumpul di rumah-rumah (Kis 2:46; 5:42; 8:3; 12:12; 16:40; 20:20; Rom 16:5; 1 Kor 16:19; Kol 4:15).

§        Gereja ada untuk kotanya. Ia adalah agen Kerajaan Allah untuk mendatangkan Kerajaan Allah atas kotanya. Dia ada untuk kesehjahteraan kotanya.

§        Batasan sebuah gereja adalah kota. Di sini kita menemukan adanya 3 ekspresi gereja dalam Perjanjian Baru:

1.      Gereja Universal – Tubuh Kristus.

2.      Gereja Lokal/ Gereja kota.

3.      Gereja Rumah.

Sedangkan gereja modern memiliki 3 ekspresi:

1.      Denominasi.

2.      Kongregasi (pertemuan ibadah/kebaktian tradisional mingguan)

3.      Kebaktian di rumah.

  • Gereja berkumpul secara teratur dan memiliki tujuan tertentu dalam bertemu.

  

 

 

E. Perbandingan antara Gereja PB, Modern dan Emergent

 

Apostolic dan post-apostolic Mode (32 – 313 M)

Christendom Mode

(313- sekarang)

Emerging Church

(10 th terakhir)

Tidak memiliki gedung suci. Gerakan bawah tanah dan dianiaya

Gedung menjadi pusat tekanan dan pengalaman

Menolak kebutuhan dan kepedulian akan gedung gereja

Kepemimpinan bekerja dengan fungsi 5 karunia pelayanan

Kepemimpinan oleh imam yang ditetapkan secara institusi, secara mendasar dalam mode gembala-guru

Kepemimpinan meliputi mode pioner-inovative termasuk fungsi 5 pelayanan. Tidak ada acuan kepada organisasi.

Akar rumput, gerakan desentralisasi

Institusi dan hirarki

Akar rumput, gerakan desentralisasi

Perjamuan dirayakan sebagai makan malam yang sakral

Meningkatkan penginstitusian anugerah melalui sakramen

Menebus, re-sakralisasi dan meritualkan simbol baru dan peristiwa, termasuk makan

Gereja adalah masyarakat pinggiran dan di bawah tanah

Gereja adalah pusat masyarakat dan budaya utama

Gereja adalah masyarakat dan budaya pinggiran. Gereja memeluk kembali posisi misi dalam hubungan budaya

Gereja yang Misionaris, incarnational-sending

Menarik/ Attractional

Gereja yang Misionaris, incarnational-sending

Gereja Pulang Ke Rumah

WELLCOME HOME

 

Rumah merupakan pola yang ditetapkan Allah dalam bergereja. Selama 300 tahun pertama dalam keberadaannya, gereja bertemu dalam rumah-rumah anggotanya, bukan dalam gedung khusus. Namun yang sangat luar biasa, mereka dapat berkembang dengan luar biasa. Oleh karena itu kita perlu mempelajari rahasia keberhasilan mereka.

 

A. Dasar theologi

Yang paling mendasari dari kegerakan “kembali ke rumah” ini adalah apa yang disebut sebagai theologia Komunitas. Gereja digambarkan dalam PB sebagai Keluarga, kita dikenal sebagai “the household of faith (keluarga iman)” (Gal 6:10) dan sebagai “the household of God (keluarga Allah)” (Efesus 2:19), sesama orang Kristen disebut sebagai “saudara saudari”. Kita, orang Kristen disebut sebagai “anak-anak Allah” (1 Yoh 3:1), dan “dilahirkan” dalam keluargaNya (Yoh 1:12-13). Dan kita berhubungan satu sama lain sebagai anggota keluarga (1 Tim 5:1-2; Roma 16:3). Cara kita bergereja adalah cara hidup sebagai keluarga (1 Tim 3:15).

Dan sebuah keluarga tentu saja berkumpul dalam sebuah rumah, bukan aula pertemuan! Rumah memberikan atmosfer yang tepat untuk membangun jenis hubungan antar pribadi yang bersifat kekeluargaan. Pertemuan gereja Perjanjian Baru adalah pertemuan keluarga dalam kenyataannya, bukan hanya sekedar kata-kata dan basa basi.

 

B. Keuntungan Gereja Rumah

     Setidaknya ada 12 kelebihan gereja rumah dibandingkan gereja tradisional kongregasional:

  • Memiliki kemampuan untuk memuridkan dan bermultiplikasi lebih besar.

Pemuridan hanya dapat terjadi lewat hubungan bukan dalam struktur/program dan tidak dapat dilakukan satu lawan satu melainkan dalam komunitas. Dalam gereja rumah, tidak ada orang yang dibiarkan bergumul sendirian dan menyembunyikan masalah, hal ini menyebutkan mereka cepat menjadi dewasa.

 

  • Memiliki struktur yang tahan aniaya.

Cara hidup yang sederhana dan fleksibel dan roh tahan aniaya menyebabkan gereja rumah dapat bertahan dalam penganiayaan.

 

  • Bebas dari penghalang-penghalang pertumbuhan gereja.

Karena berdasarkan prinsip organisme dan pertumbuhan alamiah, maka gereja rumah bebas dari penghalang-penghalang yang dimiliki gereja tradisional (gedung, fasilitas, pendeta, dsbnya)

 

  • Memiliki efisiensi yang lebih tinggi.

Gereja tradisional yang berbasiskan program hanya melibatkan 20% anggotanya, sedangkan 80% adalah pengangguran. Dalam gereja rumah, semua orang akan terlibat secara alamiah, sehingga mereka benar-benar berbahagia.

  • Menghancurkan dilema pelayanan pastoral

Dalam gereja tradional beban ditanggung oleh para gembala. Sehingga mereka menjadi kelelahan. Bertambahnya anggota, membuat pelayanan pastoral menurun. Dalam gereja rumah karena mereka saling bertanggung jawab dan menasehati, maka dilema ini terpecahkan.

 

  • Menyediakan wadah untuk transformasi dan tanggung jawab kehidupan.

Gereja tradisional hampir pasti tidak efektif dalam mengubah nilai-nilai dasar dan gaya hidup jemaat. Gereja rumah menawarkan kehidupan yang penuh tanggung jawab yang sifatnya saling menguntungkan dan hidup, di mana pengaruh teman yang telah ditebus menjadi sarana transformasi yang ampuh.

 

  • Merupakan tempat yang efektif bagi orang Kristen baru.

Gereja tradisional sering mempunyai mentalitas egosentris (gereja dan program menjadi pusat). Ini menimbulkan suasana yang tidak nyaman. Gereja rumah menyediakan suasana yang efektif, alamiah dan ramah bagi jiwa baru. Gereja rumah menyediakan orang tua rohani bukan guru dan kertas.

 

  • Menjadi jalan keluar bagi krisis kepemimpinan.

Gereja rumah dipimpin oleh penatua, merupakan orang yang lebih dewasa dibandingkan orang lain dalam komunitasnya. Mereka adalah orang-orang yang telah didewasakan dan diuji oleh kehidupan dan waktu. Mereka tidak harus menjadi pembawa acara yang terampil, guru yang pandai maupun manager yang handal.

 

  • Mengatasi perbedaan antara “imam” dan “awam”

Para penatua berfungsi bersama-sama dengan karunia-karunia yang ada dalam gereja rumah yang saling menyokong, untuk memelihara dan memultiplikasi kehidupan.

 

  • Lebih alkitabiah.

 

  • Lebih murah.

 

  • Membangkitkan terbentuknya gereja kota.

 

 

C. Agenda dalam Gereja Rumah.

Ada empat hal menonjol yang dilakukan oleh gereja rumah:

1. Makan Bersama.

§         Sewaktu Yesus mengajar para pengikutnya, biasanya ketika bertemu di rumah-rumah mereka, sambil makan dan minum apa yang disediakan. Malah sebenarnya, pengajaran Yesus terjadi di meja makan, saat sedang makan, bukan setelah sehabis makan. Kebiasaan ini diteruskan oleh gereja Perjanjian Baru (Kis 2:46).

§         Bahkan makan ini merupakan tujuan utama dari pertemuan kristiani mereka (1 Kor 11:33, Kis 20:7). Orang Kristen bertemu untuk makan. Perjamuan Tuhan dalam gereja mula-mula adalah makan yang sebenarnya dengan arti simbolis (bukan makan simbolis dengan arti sebenarnya).

§         Makan merupakan tanda persekutuan, penerimaan, kesepakatan dan kekeluargaan.

 

2. Saling mengajar untuk taat.

§         Tujuan pengajaran dalam budaya Ibrani bukanlah menambah pengetahuan, namun memperlengkapi seseorang tentang bagaimana melakukan suatu hal tertentu dan untuk menjelaskan kenapa berbagai hal itu ada, untuk menolong orang lain supaya taat dan melayani Allah serta kehendakNya (Roma 1:5).

§         Inti pengajaran adalah kisah (narasi) tentang Allah, tentang kita, tentang perjalanan sejarah bumi dan bagaimana kita menyesuaikan kisah kita dalam kisahNya (His-story) sendiri.

§         Metode pengajaran yang asli sifatnya relasional yang dirancang untuk menghasilkan seorang murid Kristus melalui hati yang taat serta pelayanan yang sesuai dengan karunianya.

§         Gaya pengajaran dapat merupakan percakapan singkat (bukan khotbah), ilustrasi, ibarat dan berbagai kisah yang biasanya disertai dan ditegaskan dengan “anggukan dan gumanan tanda setuju” atau selaan sehat oleh pertanyaan dan permintaan untuk menambah teh atau makanan kecil.

§         Dalam bahasa Yunani, kata yang sering diterjemahkan sebagai “berkhotbah” dalam PB adalah dialegomai yang arti sebenarnya adalah mengadakan dialog antara sejumlah orang (Kis 20:7). Oleh karena itu dalam pengajaran terdapat kesempatan tanya jawab yang interaktif dan dinamis.

§         Ujian untuk kelulusan dari pengajaran ini adalah: mentaati pengajaran, mendemonstrasikan lewat perubahan hidup dan mulai mengajar orang lain (Mat 28:20).

 

3. Membagi berkat materi dan rohani.

§         Salah satu kebiasaan dari jemaat mula-mula yang dicatat adalah “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42)”. Kata persekutuan di sini (koinonia) mengandung makna partisipasi dan kontribusi (saling membagi apa yang dimiliki) dan hubungan yang intim. Oleh karena itu dalam ayat 44 dikatakan “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (Kis 2:44). Kata “bersama” berasal dari kata koinos yang hampir mirip dengan kata koinonia dalam ayat 42.

§         Jemaat mula-mula mengekspresikan persekutuan dengan saling membagi berkat jasmani (Kis 4:32-35) dan rohani (1 Kor 14:26, Ef 5:19). Hal ini dapat terjadi karena paham lordship salvation yang mereka miliki. Bahwa kertika mereka percaya kepada Yesus, maka mereka bukan lagi milik mereka sendiri, melainkan milik Kristus, termasuk segala kepunyaan mereka.

§         Pertemuan Kristen tidak boleh didominasi oleh satu orang dan tidak bertujuan untuk “menyembah” atau “penginjilan” tetapi untuk “saling menasihati dan membangun”.

4. Berdoa bersama

§         “Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42)”. Doa merupakan detak jantung hubungan antara anak-anak Allah dengan Bapa di Sorga.

§         Doa adalah suatu komunikasi dua arah. Saat kita berbicara dengan Allah, Allahpun ingin menanggapi pembicaraan itu lewat para nabi, bahasa roh yang ditafsirkan, mimpi, penglihatan ataupun malaikat.

§         Gereja rumah tidak memiliki agenda pertemuan (liturgi), Roh Kudus adalah liturginya. Waktu gereja rumah tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, merekapun berdoa dan bernubuat, sampai Allah menyatakan isi hatiNya.

§         Gereja rumah sebagai keluarga rohani merupakan tempat ideal untuk saling mempertanggungjawabkan tingkah laku, termasuk di dalamnya saling mengaku dosa (Yak 5:16) sebagai salah satu bagian dari gaya hidup doa (Luk 11:4).

 

Gereja rumah adalah suatu cara hidup orang Kristen secara bersama-sama di sebuah rumah biasa dalam kuasa adikodrati.

 

 

 

D. Apologetika

Ada beberapa bantahan terhadap “gerakan gereja rumah”

  • Tempat kita berkumpul tidaklah penting.

Sanggahan: ini adalah sikap yang super-spiritual dan tidak realistis. Para arsitek dan konsultan bisnis menyadari sejak lama bahwa bangunan dan penataannya akan mempengaruhi suana hati dan hubungan orang.

  •  Hal ini hanyalah berbicara tentang fenomena budaya saat itu.

Sanggahan: adalah fakta bahwa tidak ada kelompok religius pada abad pertama bertemu secara ekslusif di rumah. Hanya gereja yang bertemu di rumah. Orang Yahudi bertemu di Bait Allah dan sinagoge, agama kafir bertemu di kuil-kuil. Kalau dilihat dari sisi budaya, mestinya orang Kristen harusnya membangun tempat suci mereka, namun mereka tidak melakukannya!

 

  • Mereka bertemu di rumah karena penganiayaan.

Sanggahan: ini adalah pandangan yang terlalu menyederhanakan sejarah. Ide bahwa seluruh gereja dianiaya secara terus menerus pada abad pertama adalah tidak benar. Penganiayaan sebelum tahun 250 M adalah sporadis, lokal dan berasal dari kelompok masyarakat bukan pemerintah. Bahkan dalam penganiayaan, gereja tidak pernah menyembunyikan tempat di mana mereka bertemu.

 

  • Gereja rumah hanyalah fase awal dari gereja.

Sanggahan: Ajaran para rasul bersifat anti-bangunan suci (Bait Allah). Apalagi fokus gereja PB adalah kedatangan Tuhan. Setiap orang Kristen mengantisipasi kedatanganNya pada zaman mereka.

 

E. Gereja Rumah bukan Gereja Sel

     Ada dua pergerakan hari-hari ini yang berpusatkan di rumah yaitu “gereja sel” dan “gereja rumah”. Walaupun dari luar sepertinya sama, sesungguhnya ini adalah dua pergerakan yang berbeda dengan nilai-nilai yang berbeda.

 

Perbedaan inti

Gereja Sel

Gereja Rumah

Filosofi

Kekepalasukuan

Tanpa Kepala suku

Mencerminkan

Budaya kota

Budaya desa

Berkembang di

Bangsa-bangsa prajurit

Bangsa pencipta damai

Sel merupakan

Bagian dari unit yang lebih besar

Unit itu sendiri

Administrasi

Sistem Yitro

Pelayanan 5 karunia

Program

Terikat agenda

Gereja rumah adalah agendanya

Struktur

Piramida

Datar

Kepemimpinan

Berjenjang

Penatua dan rasul-rasul

Pusat

Sentralisasi

Desentralisasi

Ibadah Raya

Wajib

Tidak wajib

Keterlihatan

Tinggi

Rendah

Tatanan

Evangelistik

Apostolik-prophetik

Sayap besar

Gereja denominasional

Gereja kota

Master’s Satisfaction

Demikianlah juga kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata :”Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Lukas 17:10)

 

Dua jenis pekerjaan yang dikerjakan oleh hamba-hamba di pasal di atas adalah “membajak” dan “menggembalakan ternak”, dua-duanya adalah pekerjaan yang penting. Walau demikian ketika hamba tersebut pulang dari pekerjaannya, Yesus mengingatkan kita bahwa hamba tersebut diharapkan untuk menyediakan apa yang menjadi kepuasaan/kesukaan Tuannya sebelum ia duduk dan menikmati makanannya.

Ketika kita kembali dari usaha kita di ladang, entahkah itu memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya ataupun memberi makanan kepada kawanan domba Allah, kita cenderung untuk memikirkan betapa banyak pekerjaan yang telah kita lakukan! Tetapi Tuhan akan berkata kepada kita: “Ikatlah pinggangmu dan layanilah Aku”.

Tentu saja kita sendiri harus makan dan minum, tetapi hal itu tidak akan kita lakukan sampai rasa laparNya dan rasa hausNya dipuaskan. Kita juga akan memperoleh kenikmatan, tapi hal itu akan terjadi setelah SukacitaNya penuh.

Marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: “Apakah pelayanan yang kita lakukan adalah untuk kepuasaan diri kita sendiri atau untuk kepuasaanNya?”

(Adapted from “Table on The Wilderness”)

MENJAGA PERKENAN TUHAN

Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

(Ibrani 12:15)

 

Perkenan Tuhan adalah sama seperti burung liar yang berusaha hendak Anda masukkan ke dalam sebuah ruangan. Cobalah sedapat mungkin, maka Anda akan mendapati bahwa Anda tidak akan dapat memaksa burung tersebut untuk terbang masuk ke dalam ruangan itu. Burung itu harus masuk dengan kemauannya sendiri dan jika hal itu sudah terjadi, maka Anda harus waspada dan berjaga-jaga jangan sampai ia terbang keluar kembali! Anda tidak dapat memaksanya masuk namun Anda dapat dengan mudah menyebabkannya pergi. Hanya dibutuhkan keteledoran kecil dari pihak Anda dan ia akan pergi.

Dalam memberkati kita, Allahlah yang mengambil inisiatif; tidak ada usaha yang dibutuhkan dari pihak kita. Tapi saat berkatNya telah sepenuhnya dicurahkan, hanya dibutuhkan sedikit ketidakpedulian kita yang dapat menyebabkan kita kehilangan berkat tersebut. 

Perkenan ilahi kita temukan di mana saudara-saudara seiman hidup dengan harmonis, di mana tidak ada ketidakselarasan di dalamnya. Apakah Anda menyadari betapa seriusnya memiliki sesuatu yang berbeda/bertentangan dengan saudara seiman, bahkan kalaupun hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang nampaknya benar untuk dipertahankan (dibuktikan). Oleh karena itu perhatikanlah ucapanmu terhadap saudara seiman. Jangan sampai hal itu mengusir perkenan Tuhan dan akhirnya engkau menyadari bahwa burung tersebut telah pergi!

(Disadur dari “Table on The Wilderness”)

KUASA NAMA YESUS

Dalam nama Yesus Kristus dari Nazareth, berjalanlah (Kis 3:6)

Perhatikan kata-kata dari Petrus kepada orang yang lumpuh di gerbang Bait Allah: Dalam Nama. Jelaslah bahwa tidak ada nama yang membawa hasil yang begitu dahsyat seperti nama Yesus.

Biarlah saya memberikan sebuah ilustrasi sederhana. beberapa waktu yang lalu seorang teman sekerja mengirim surat lewat seseorang untuk memohon sejumlah uang. saya membaca surat tersebut. Kemudian saya menyiapkan apa yang dia minta dan memberikan uang tersebut kepada pembawa pesan.

Apakah saya melakukan hal yang benar? Tentu saja! Surat tersebut memakai tanda tangan dan nama teman saya, dan bagi saya hal tersebut sudahlah cukup. Apakah saya harus menanyakan nama, umur, pekerjaan, daerah asal dari si pembawa pesan. Dan apakah kemudian saya akan mengusirnya pergi karena keberatan dengan siapa dirinya? Tentu saja tidak! Karena dia datang dalam nama teman saya dan saya menghormati nama itu.

Allah memandang pada PutraNYa dalam kemuliaan, bukan kepada kita yang ada di bumi. Dan Ia memuliakan Nama PutraNya itu. Segala sesuatu yang terjadi pada hari itu merupakan hasil pengaruh dari nama Yesus dalam situasi itu. Satu-satunya hal yang membedakan hamba-hambaNya dari orang lain adalah bahwa mereka diijinkan untuk menggunakan Nama itu!

(diterjemahkan dari “Table on The Wilderness, Daily Meditations from the Ministry of Watchman Nee , by Angus I. Kinear)

CHANGING CHURCH

 

CHANGING CHURCH: WHY?

 

Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat ditolak. Dalam kehidupan kita sehari-hari perubahan adalah sesuatu yang biasa. Bahkan kita sangat menikmati perubahan tersebut sangat menguntungkan kita. Contoh: dari surat biasa ke surat elektrik (E-mail), dari telepon biasa ke telepon selular, dari mesin ketik manual ke mesin listrik listrik ke komputer, dari komputer portable ke laptop, dll. Gereja pun akan dan harus mengalami perubahan.

 

Dasar Perubahan Gereja

Ada beberapa dasar yang mengharuskan mengapa cara kita bergereja harus berubah.

 

1.      Dasar Budaya

§  Gereja bersifat ilahi dan manusiawi. Secara ilahi, ia bersifat kekal (tak berubah secara esensi) namun secara manusiawi, maka gereja mau tidak mau dipengaruhi oleh konteks budaya di mana ia berada.

§  Hari ini telah terjadi perubahan budaya dari era Modern menuju era Post-Modern. Hal mendasar dari perubahan ini adalah masalah epistemology (Bagaimana cara kita mengetahui sesuatu dan berpikir tentang sesuatu).

§  Modernisme biasanya  digambarkan sebagai mengejar kebenaran, bersifat absolut, berpikir linear, rasionalisme, kepastian, menekankan pada pikiran, yang mengakibatkan arogansi, infleksibilitas, keinginan untuk menjadi benar, keinginan untuk mengontrol. Dalam agama, berfokus kepada benar dan salah, kepercayaan (doktrin) yang benar, menekankan pengakuan.

§  Postmodernisme secara kontras, mengatakan apa yang kita ketahui dibentuk oleh budaya di mana kita hidup. Dikontrol oleh emosi dan keindahan. Bersifat lembut. Dalam agama, berfokus kepada hubungan, kasih, berbagi tradisi, kejujuran dalam diskusi.

§  Gereja dalam bentunya sekarang merupakan produk dari Modernisme karena tidak relevan dalam konteks PostModernisme yang muncul.

§  Contoh perubahan-perubahan yang disarankan:

Dr. C. Peter Wagner, sebagai pelopor dalam kegerakan New Apostolic Churches menunjukkan adanya 9 pergeseran paradigma yang sedang muncul:

 

1.       Dari Pemerintahan Denominasi kepada Pemerintah Apostolik (Rasuli)

2.       Dari Reformasi Internal kepada Pembaharuan Apostolik.

3.       Dari Visi gereja kepada Visi Kerajaan.

4.      Dari Persekutuan gereja berdasar Warisan (Denominasi) kepada Persekutuan Gereja berdasarkan Teritorial (Kota).

5.       Dari Ekspansi gereja kepada Transformasi Masyarakat.

6.      Dari Bertoleransi dengan Setan kepada Invasi kepada Kerajaan Setan.

7.       Dari Pendidikan Theologia kepada Memperlengkapi Pelayan.

8.       Dari Muatan Doktrin yang Berat kepada Muatan Doktrin yang Ringan.

9.       Dari Pengudusan Reformed kepada Kekudusan Wesley.

 

Eddie Gibbs, professor Pertumbuhan Gereja di School of World Mission di Fuller Theological Seminary menunjukkan 9 pergeseran paradigma yang sedang muncul:

 

1.       Dari Hidup di Masa lalu kepada Berurusan dengan Masa kini.

2.       Dari Berorientasi Market  kepada Berorientasi Misi.

3.       Dari Birokrasi Hirarki kepada Jaringan Apostolik.

4.      Dari Menyekolahkan Profesional kepada Mentoring Pemimpin.

5.       Dari Mengikuti Artis kepada Menjumpai Orang Kudus.

6.       Dari Menarik Pengunjung kepada Mencari yang Terhilang.

7.       Dari Belonging (Penerimaan) ke Believing (Pemuridan).

8.       Dari Orthodoxy yang Mati kepada Iman yang Hidup.

9.       Dari Jemaat Generik kepada Komunitas yang Berinkarnasi.

 

George Barna, pakar riset dari Amerika yang meneliti hubungan antara Gereja dan budaya di Amerika telah mengamati perubahan-perubahan yang muncul:

 

1.       Otoritas : dari Sentralisasi kepada Desentralisasi.

2.       Kepemimpinan : dari dipimpin pendeta kepada dipimpin orang “biasa”.

3.       Distribusi Kuasa : dari vertikal kepada horisontal.

4.       Reaksi kepada Perubahan : dari Menolak kepada Menerima.

5.       Identitas : dari tradisi dan aturan kepada Misi dan Visi.

6.       Lingkup pelayanan: dari segala macam kepada spesialisasi.

7.       Praktek : dari diikat oleh tradisi kepada diikat oleh relevansi.

8.       Peranan umat : dari observasi dan support kepada partisipasi dan inovasi.

9.      Produk utama : dari Pengetahuan kepada Transformasi (Perubahan).

10.  Faktor Sukses : dari ukuran, efisiensi, image kepada kemudahan akses, pemberian dampak, dan integritas.

11.   Tantangan utama: dari momentum, hubungan, kepemimpinan dan kepuasan kepada bidat, hubungan, kesatuan, kepemimpinan dan keseimbangan.

12.   Effek Teknologi : dari merebut perhatian kepada memfasilitasi pertumbuhan.

13.   Sarana bertumbuh : dari lebih lagi program-program yang dijalankan lebih baik kepada lebih lagi hubungan dan pengalaman.

14.   Prospek pertumbuhan : dari terbatas kepada tak terbatas.

 

  • Yesus mengatakan “Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. (Mat 16:2-3)

  

2.      Dasar Misi

  • Salah satu tugas Gereja adalah BerMisi. Gereja yang tidak berMisi bukanlah Gereja. Salah satu prinsip Misi adalah Kontekstualisasi seperti yang digambarkan oleh Paulus “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” (1 Korintus 9:19).
  •  Ada tiga  kelompok yang ada dalam masyarakat:

1.      Kelompok orang-orang Kristen yang ada dalam gereja-gereja tradisional.

2.      Kelompok orang-orang Kristen Nominal (KTP).

3.      Kelompok orang-orang Non Kristen yang tidak pernah bersinggungan dengan Kekristenan.

§  Gereja di Indonesia kurang maksimal dalam berMisi karena menganut 3 prinsip gereja yang dilahirkan sejak masa Konstantine (yang kita sebut kemudian dengan sebutan  Christendom “agama Kristen”). Tiga prinsip tersebut adalah:

1.      Attractional (Menarik Pengunjung).

2.      Dualistik

3.      Hierarkikal.

 

3. Dasar Alkitab

§  Tuhan Yesus sebagai Pencipta dan Kepala Gereja bukan hanya sekedar menciptakan Gereja, namun Ia juga terus membangun Gereja dan memberikan prinsip-prinsip yang olehnya Gereja dapat beroperasi dan bertumbuh (contoh: tentang kepemimpinan gereja, pertemuan gereja, baptisan, perjamuan kudus, pelayanan, hubungan gereja dengan negara, dll). Oleh karena itu dalam Alkitab bukan saja terdapat surat Efesus (yang membahas sisi kehidupan kekal gereja) namun juga surat Korintus (membahas sisi kehidupan praktis gereja) dan Kisah Para Rasul (keteladanan dalam bergereja).

§  Watchman Nee mengatakan “I do believe that mere technical correctness will give no spiritual gain to the saints, but I do believe that Liberty to dispense with what God has already ordered, simply because they pertain to external things, will certainly hinder spiritual life”. Margareth Barber mengatakan “God’s Spirit will only work along God’s lines”.

§  Dalam Alkitab dikenal adanya “apostolic traditions” yang harus dipegang dan dijalankan oleh gereja-gereja Allah (1 Kor 11:1-2; 14:33,36; 2 Tes 2:13-15).

 

4. Dasar Theologis.

  • Allah kita adalah Allah yang  memulihkan (dalam alam semesta, manusia, Israel dan Gereja). Ini adalah dasar theologia Pemulihan (Restoration theology).
  • Dalam sepanjang sejarah, Allah memulihkan gerejaNya. PemulihanNya dimulai tahun 1517 (Reformasi Luther) sampai sekarang. Reformasi Pertama memulihkan kebenaran-kebenaran tentang isi doktrin (theologis), Reformasi kedua dimulai pada abad ke-18 lewat gerakan pietisme adalah reformasi rohani memulihkan keintiman dengan Tuhan, Reformasi ketiga (dimulai tahun 2000) Allah memulihkan struktur gereja. C. Peter Wagner menyebutnya sebagai New Apostolic Reformation.
  • Sejarah kemunduran gereja:

Þ    Tahun 95 – Yohanes, rasul meninggal.

Þ    Tahun 100 – Hilangnya Baptisan Roh Kudus dalam gereja.

Þ    Tahun 130 – Hilangnya Nubuatan dan Penumpangan Tangan.

Þ    Tahun 160 – Hilangnya Kepemimpinan jamak, berlakunya keuskupan

Þ    Tahun 180 – Munculnya Denominasi (berasal dari kata Denome “the name” artinya nama) yang dibangun dengan roh Babel, membuat gereja terserak secara organisasi, dan kesatuan lokal hilang dalam gereja.

Þ    Tahun 185 – Hilangnya Baptisan Orang Percaya

Þ    Tahun 210 – Hilangnya pelayanan Keimamatan orang Percaya diganti dengan imam-imam profesional.

Þ    Tahun 225 – Hilangnya spontanitas dalam pertemuan ibadah.

Þ    Tahun 240 – Hilangnya kekudusan dalam gereja, munculnya Biara-biara (Monastik).

Þ    Tahun 300 – Hilangnya kekudusan dalam keluarga, imam dilarang menikah.

Þ    Tahun 312 – Kehilangan menyeluruh, Konstantin membuat Kristen menjadi agama negara dengan Dekrit Milan.

Þ    Tahun 350 – Munculnya prinsip amal, hilangnya keselamatan karena kasih karunia.

Þ    Tahun 392 – Gereja berkompromi dengan kekafiran (gereja mulai mengenal gedung, patung, mimbar, atribut). Doa menjadi mantra.

Þ    Tahun 400 – Dimulainya baptisan percik, hukum Indulgensia (pengampunan dosa). Sejak saat ini gereja masuk dalam The Dark Ages selama 1200 tahun.

 

  • Sejarah Pemulihan Gereja:

Þ     Tahun 1517 – Reformasi Luther, Pembenaran karena Iman.

Þ     Tahun 1700 – Gerakan Anabaptis, Baptisan orang percaya.

Þ     Tahun 1800 – Gerakan Holiness – Wesley, Kekudusan.

Þ     Tahun 1901 – Gerakan Pentakosta, Baptisan Roh Kudus

Þ     Tahun 1948 – Gerakan Hujan Akhir, karunia-karunia Roh Kudus/ pelayanan Penginjil.

Þ     Tahun 1960 – Gerakan Kharismatik, kespontanan dalam ibadah, Roh Kudus sebagai pemegang kendali dalam pertemuan, pujian dan tarian/pelayanan Guru.

Þ     Tahun 1970/1980 – Gerakan Hidup Berjemaat, Persekutuan dan kehangatan dalam berjemaat, munculnya Persekutuan Doa/ pelayanan Gembala dan Nabi.

Þ     Tahun 1990 – Pemulihan tubuh Kristus lewat 5 karunia pelayanan, kegerakan orang-orang kudus/ pelayanan Rasul.

Þ     Tahun 2000 – Struktur Gereja, Kota, Kerajaan Allah.

 

5. Dasar Profetis (Nubuatan)

  • Nubuatan yang diterima oleh Pendeta Mike Bickle dari Kansas pada tahun 1982 di Kairo “Allah akan mengubah bentuk dan ekspresi gereja dalam satu generasi sampai kepada keadaan di mana gereja tidak dapat dikenali lagi”
  • Nubuatan dari Rick Joyner, guru profetik dari Charlotte,USA: “saya melihat datangnya sebuah arus balik yang luar biasa kepada kekristenan yang alkitabiah sehingga pemahaman-pemahaman yang paling mendasar tentang kekristenan, baik oleh dunia maupun oleh gereja akan berubah. Hal ini terjadi tanpa adanya perubahan-perubahan pada doktrin-doktrin dasar iman kristen, tetapi sebuah perubahan yang membuat kita hidup oleh kebenaran-kebenaran yang kita kumandangkan. Hal ini akan menjadi nyata ketika kita dengan sungguh-sungguh dikenal karena kasih kita kepada orang lain.”

PERSEPULUHAN, MASIHKAH BERLAKU?

Persepuluhan memang adalah sesuatu yang ada dalam Alkitab, walaupun demikian hal tersebut bukanlah praktek dalam gereja Perjanjian Baru. Persepuluhan merupakan milik dari Israel kuno, hal tersebut sebenarnya merupakan pajak pendapatan mereka. Persepuluhan (tithing) secara sederhana artinya adalah “bagian yang kesepuluh”. Dalam PL, kata Ibrani untuk “persepuluh” adalah maaser yang artinya bagian ke sepuluh, sedangkan dalam PB, kata Yunaninya adalah dekate yang artinya kesepuluh. Kata ini bukan kosakata dalam dunia religius namun dari dunia matematika dan keuangan.

            Ada 3 macam persepuluhan dalam Perjanjian Lama:

  1. Persepuluhan dari hasil tanah untuk mendukung kaum Lewi yang tidak memiliki tanah warisan di Kanaan (Imamat 27:30-33; Bil 18:21-23)
  2. Persepuluhan dari hasil tanah untuk mendanai festival/perayaan rohani di Yerusalem. Jika hasil tanah itu merupakan beban untuk dibawa ke Yerusalem, mereka dapat menguangkannya. (Ulangan 14:22-27). Hal ini seringkali disebut sebagai “persepuluhan perayaan”.
  3. Persepuluhan dari hasil tanah yang dikumpulkan setiap tahun ketiga untuk orang Lewi lokal (di kota yang bersangkutan), yatim piatu, orang asing dan janda-janda. (Ulangan 14:28-29; 26:12-13).

 

Perhatikan bahwa Allah memerintahkan Israel untuk memberi 23,3% dari pendapatan mereka setiap tahunnya (bukannya Cuma 10%). Hal ini dihitung dari 20% setiap tahunnya dan 10% setiap tiga tahun, jadi sama artinya dengan 23,3% pertahun. Allah memerintahkan tiga macam persepuluhan ini (Neh 12:44, Mal 3:8-12, Ibr 7:5). Sebuah perbandingan yang cukup jelas dapat terlihat antara sistem persepuluhan Israel dan sistem perpajakan yang ada di Indonesia.

                    Dengan kematian Yesus di atas kayu salib, segala hukum ceremonial, pemerintahan, dan religius yang menjadi milik orang Yahudi juga ikut disalibkan dan dikuburkan. (Efesus 2:15, Kol 2:13-17, Ibr 6-10). Gereja PB memberi dengan sukacita menurut kemampuan mereka – bukan keluar dari kewajiban karena perintah (2 Korintus 8:3-12; 9:5-13). Memberi dalam gereja mula-mula bersifat sukarela. Dan yang mendapatkan keuntungan dari hal itu adalah orang miskin, yatim piatu, janda-janda, orang sakit, tahanan dan orang asing. Orang Kristen memberi untuk menolong sesamanya (Kis 6:1-7, 11:27-30, Roma 15:25-28, 1 Kor 16:1-4), mendukung para perintis gereja (para rasul) (Kis 15:3, Roma 15:23-24, Fil 4:14-18). Persepuluhan hanya disebut 4X dalam PB dan semuanya tidak ada aplikasi dengan Kristen.

 

Asal Mula Persepuluhan dalam Gereja dan Gaji Pendeta

 

Cyprian (200-258) adalah penulis Kristen pertama yang menyebutkan praktek keuangan untuk mendukung “kaum imam”. Dia beragumentasi bahwa kaum Lewi didukung oleh persepuluhan, maka pendeta Kristen harus didukung oleh persepuluhan. Namun hal ini  adalah pemikiran yang keliru karena sistem keimamatan Lewi telah dibatalkan dalam gereja. Kita semua adalah imam (1 Pet 2:9). Para Penatua (gembala) pada abad pertama tidak pernah menerima bayaran. Mereka adalah orang-orang yang bekerja. Mereka memberi kepada kawanan domba yang mereka gembalakan daripada mengambil dari padanya.(Kis 20:33-35).

Pendapat Cyprian adalah sesuatu yang aneh pada zamannya, selain Cyprian tidak ada penulis Kristen sebelum Konstantine yang menggunakan acuan PL untuk membela persepuluhan. Baru pada abad ke-4, 300 tahun setelah Kristus, barulah beberapa pemimpin Kristen mulai membela persepuluhan sebagai praktek Kristen untuk mendukung para pendeta. Namun hal tersebut baru menjadi praktek yang meluas di antara orang Kristen baru pada abad ke-8!

Praktek persepuluhan dalam Kristen, merupakan evolusi dari Pemerintah ke dalam gereja. Memberi 10% dari hasil seseorang adalah biaya peminjaman tanah pada umumnya di Eropa Barat. Ketika kepemilikan tanah oleh gereja meningkat di Eropa, maka biaya peminjaman 10% diberikan kepada gereja. Hal ini memberi arti yang baru kepada biaya peminjaman tersebut. Biaya ini kemudian disamakan dengan persepuluhan Lewi. Dengan demikian persepuluhan Kristen terbentuk sebagai institusi berdasarkan atas perpaduan praktek PL dan praktek orang kafir! Pada abad ke-18, persepuluhan diwajibkan oleh hukum di banyak daerah di Eropa Barat. Pada akhir ke-18, perbedaan antara persepuluhan sebagai biaya peminjaman dan dukungan moral oleh PL menjadi memudar. Persepuluhan menjadi kewajiban untuk seluruh orang Kristen Eropa, untuk mendukung gereja negara. Pemungutan “kolekte” juga merupakan salah satu tradisi post-apostolic. Mengedarkan piring persembahan dimulai pada tahun 1662.

 

Tapi, bukankah persepuluhan berasal sebelum masa Taurat?

 

Salah satu sanggahan dari orang-orang Kristen yang tetap berpegang kepada praktek persepuluhan adalah bahwa praktek persepuluhan sudah ada sebelum hukum Taurat, sebagai contoh adalah Abraham (Kej 14:17-20). Pembelaan kita terhadap keberatan mereka adalah:

  1. Persepuluhan Abraham adalah sepenuhnya bersifat sukarela, bukan kewajiban maupun paksaan. Allah tidak memerintahkan Abraham untuk memberikan persepuluhan sama halnya Dia memerintahkan Israel. Jika seorang Kristen hari ini ingin memberi persepuluhan dari keputusan atau keyakinan pribadi, hal ini tidak menjadi masalah. Persepuluhan akan menjadi masalah jika hal tersebut dipresentasikan sebagai perintah Allah yang mengikat semua orang percaya.
  2. Abraham memberikan persepuluhan dari harta jarahan perang, bukan dari pendapatan atau harta miliknya.
  3. Abraham hanya memberikan persepuluhan sekali saja setelah selama 175 tahun, hidup di atas muka bumi. Kita tidak mempunyai bukti bahwa Abraham memberikan persepuluhan lagi (secara teratur).
  4. Terdapat praktek lain yang berawal debelum Taurat, namun juga ikut dibatalkan dengan kematian Yesus, yaitu sunat. Jika ada orang Kristen menggunakan alasan ini untuk membenarkan persepuluhan, maka ia juga harus menyunatkan dirinya.

Navigasi Pos