CHANGING CHURCH: WHY?
Perubahan adalah sesuatu yang tidak dapat ditolak. Dalam kehidupan kita sehari-hari perubahan adalah sesuatu yang biasa. Bahkan kita sangat menikmati perubahan tersebut sangat menguntungkan kita. Contoh: dari surat biasa ke surat elektrik (E-mail), dari telepon biasa ke telepon selular, dari mesin ketik manual ke mesin listrik listrik ke komputer, dari komputer portable ke laptop, dll. Gereja pun akan dan harus mengalami perubahan.
Dasar Perubahan Gereja
Ada beberapa dasar yang mengharuskan mengapa cara kita bergereja harus berubah.
1. Dasar Budaya
§ Gereja bersifat ilahi dan manusiawi. Secara ilahi, ia bersifat kekal (tak berubah secara esensi) namun secara manusiawi, maka gereja mau tidak mau dipengaruhi oleh konteks budaya di mana ia berada.
§ Hari ini telah terjadi perubahan budaya dari era Modern menuju era Post-Modern. Hal mendasar dari perubahan ini adalah masalah epistemology (Bagaimana cara kita mengetahui sesuatu dan berpikir tentang sesuatu).
§ Modernisme biasanya digambarkan sebagai mengejar kebenaran, bersifat absolut, berpikir linear, rasionalisme, kepastian, menekankan pada pikiran, yang mengakibatkan arogansi, infleksibilitas, keinginan untuk menjadi benar, keinginan untuk mengontrol. Dalam agama, berfokus kepada benar dan salah, kepercayaan (doktrin) yang benar, menekankan pengakuan.
§ Postmodernisme secara kontras, mengatakan apa yang kita ketahui dibentuk oleh budaya di mana kita hidup. Dikontrol oleh emosi dan keindahan. Bersifat lembut. Dalam agama, berfokus kepada hubungan, kasih, berbagi tradisi, kejujuran dalam diskusi.
§ Gereja dalam bentunya sekarang merupakan produk dari Modernisme karena tidak relevan dalam konteks PostModernisme yang muncul.
§ Contoh perubahan-perubahan yang disarankan:
Dr. C. Peter Wagner, sebagai pelopor dalam kegerakan New Apostolic Churches menunjukkan adanya 9 pergeseran paradigma yang sedang muncul:
1. Dari Pemerintahan Denominasi kepada Pemerintah Apostolik (Rasuli)
2. Dari Reformasi Internal kepada Pembaharuan Apostolik.
3. Dari Visi gereja kepada Visi Kerajaan.
4. Dari Persekutuan gereja berdasar Warisan (Denominasi) kepada Persekutuan Gereja berdasarkan Teritorial (Kota).
5. Dari Ekspansi gereja kepada Transformasi Masyarakat.
6. Dari Bertoleransi dengan Setan kepada Invasi kepada Kerajaan Setan.
7. Dari Pendidikan Theologia kepada Memperlengkapi Pelayan.
8. Dari Muatan Doktrin yang Berat kepada Muatan Doktrin yang Ringan.
9. Dari Pengudusan Reformed kepada Kekudusan Wesley.
Eddie Gibbs, professor Pertumbuhan Gereja di School of World Mission di Fuller Theological Seminary menunjukkan 9 pergeseran paradigma yang sedang muncul:
1. Dari Hidup di Masa lalu kepada Berurusan dengan Masa kini.
2. Dari Berorientasi Market kepada Berorientasi Misi.
3. Dari Birokrasi Hirarki kepada Jaringan Apostolik.
4. Dari Menyekolahkan Profesional kepada Mentoring Pemimpin.
5. Dari Mengikuti Artis kepada Menjumpai Orang Kudus.
6. Dari Menarik Pengunjung kepada Mencari yang Terhilang.
7. Dari Belonging (Penerimaan) ke Believing (Pemuridan).
8. Dari Orthodoxy yang Mati kepada Iman yang Hidup.
9. Dari Jemaat Generik kepada Komunitas yang Berinkarnasi.
George Barna, pakar riset dari Amerika yang meneliti hubungan antara Gereja dan budaya di Amerika telah mengamati perubahan-perubahan yang muncul:
1. Otoritas : dari Sentralisasi kepada Desentralisasi.
2. Kepemimpinan : dari dipimpin pendeta kepada dipimpin orang “biasa”.
3. Distribusi Kuasa : dari vertikal kepada horisontal.
4. Reaksi kepada Perubahan : dari Menolak kepada Menerima.
5. Identitas : dari tradisi dan aturan kepada Misi dan Visi.
6. Lingkup pelayanan: dari segala macam kepada spesialisasi.
7. Praktek : dari diikat oleh tradisi kepada diikat oleh relevansi.
8. Peranan umat : dari observasi dan support kepada partisipasi dan inovasi.
9. Produk utama : dari Pengetahuan kepada Transformasi (Perubahan).
10. Faktor Sukses : dari ukuran, efisiensi, image kepada kemudahan akses, pemberian dampak, dan integritas.
11. Tantangan utama: dari momentum, hubungan, kepemimpinan dan kepuasan kepada bidat, hubungan, kesatuan, kepemimpinan dan keseimbangan.
12. Effek Teknologi : dari merebut perhatian kepada memfasilitasi pertumbuhan.
13. Sarana bertumbuh : dari lebih lagi program-program yang dijalankan lebih baik kepada lebih lagi hubungan dan pengalaman.
14. Prospek pertumbuhan : dari terbatas kepada tak terbatas.
- Yesus mengatakan “Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. (Mat 16:2-3)
2. Dasar Misi
- Salah satu tugas Gereja adalah BerMisi. Gereja yang tidak berMisi bukanlah Gereja. Salah satu prinsip Misi adalah Kontekstualisasi seperti yang digambarkan oleh Paulus “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” (1 Korintus 9:19).
- Ada tiga kelompok yang ada dalam masyarakat:
1. Kelompok orang-orang Kristen yang ada dalam gereja-gereja tradisional.
2. Kelompok orang-orang Kristen Nominal (KTP).
3. Kelompok orang-orang Non Kristen yang tidak pernah bersinggungan dengan Kekristenan.
§ Gereja di Indonesia kurang maksimal dalam berMisi karena menganut 3 prinsip gereja yang dilahirkan sejak masa Konstantine (yang kita sebut kemudian dengan sebutan Christendom “agama Kristen”). Tiga prinsip tersebut adalah:
1. Attractional (Menarik Pengunjung).
2. Dualistik
3. Hierarkikal.
3. Dasar Alkitab
§ Tuhan Yesus sebagai Pencipta dan Kepala Gereja bukan hanya sekedar menciptakan Gereja, namun Ia juga terus membangun Gereja dan memberikan prinsip-prinsip yang olehnya Gereja dapat beroperasi dan bertumbuh (contoh: tentang kepemimpinan gereja, pertemuan gereja, baptisan, perjamuan kudus, pelayanan, hubungan gereja dengan negara, dll). Oleh karena itu dalam Alkitab bukan saja terdapat surat Efesus (yang membahas sisi kehidupan kekal gereja) namun juga surat Korintus (membahas sisi kehidupan praktis gereja) dan Kisah Para Rasul (keteladanan dalam bergereja).
§ Watchman Nee mengatakan “I do believe that mere technical correctness will give no spiritual gain to the saints, but I do believe that Liberty to dispense with what God has already ordered, simply because they pertain to external things, will certainly hinder spiritual life”. Margareth Barber mengatakan “God’s Spirit will only work along God’s lines”.
§ Dalam Alkitab dikenal adanya “apostolic traditions” yang harus dipegang dan dijalankan oleh gereja-gereja Allah (1 Kor 11:1-2; 14:33,36; 2 Tes 2:13-15).
4. Dasar Theologis.
- Allah kita adalah Allah yang memulihkan (dalam alam semesta, manusia, Israel dan Gereja). Ini adalah dasar theologia Pemulihan (Restoration theology).
- Dalam sepanjang sejarah, Allah memulihkan gerejaNya. PemulihanNya dimulai tahun 1517 (Reformasi Luther) sampai sekarang. Reformasi Pertama memulihkan kebenaran-kebenaran tentang isi doktrin (theologis), Reformasi kedua dimulai pada abad ke-18 lewat gerakan pietisme adalah reformasi rohani memulihkan keintiman dengan Tuhan, Reformasi ketiga (dimulai tahun 2000) Allah memulihkan struktur gereja. C. Peter Wagner menyebutnya sebagai New Apostolic Reformation.
- Sejarah kemunduran gereja:
Þ Tahun 95 – Yohanes, rasul meninggal.
Þ Tahun 100 – Hilangnya Baptisan Roh Kudus dalam gereja.
Þ Tahun 130 – Hilangnya Nubuatan dan Penumpangan Tangan.
Þ Tahun 160 – Hilangnya Kepemimpinan jamak, berlakunya keuskupan
Þ Tahun 180 – Munculnya Denominasi (berasal dari kata Denome “the name” artinya nama) yang dibangun dengan roh Babel, membuat gereja terserak secara organisasi, dan kesatuan lokal hilang dalam gereja.
Þ Tahun 185 – Hilangnya Baptisan Orang Percaya
Þ Tahun 210 – Hilangnya pelayanan Keimamatan orang Percaya diganti dengan imam-imam profesional.
Þ Tahun 225 – Hilangnya spontanitas dalam pertemuan ibadah.
Þ Tahun 240 – Hilangnya kekudusan dalam gereja, munculnya Biara-biara (Monastik).
Þ Tahun 300 – Hilangnya kekudusan dalam keluarga, imam dilarang menikah.
Þ Tahun 312 – Kehilangan menyeluruh, Konstantin membuat Kristen menjadi agama negara dengan Dekrit Milan.
Þ Tahun 350 – Munculnya prinsip amal, hilangnya keselamatan karena kasih karunia.
Þ Tahun 392 – Gereja berkompromi dengan kekafiran (gereja mulai mengenal gedung, patung, mimbar, atribut). Doa menjadi mantra.
Þ Tahun 400 – Dimulainya baptisan percik, hukum Indulgensia (pengampunan dosa). Sejak saat ini gereja masuk dalam The Dark Ages selama 1200 tahun.
- Sejarah Pemulihan Gereja:
Þ Tahun 1517 – Reformasi Luther, Pembenaran karena Iman.
Þ Tahun 1700 – Gerakan Anabaptis, Baptisan orang percaya.
Þ Tahun 1800 – Gerakan Holiness – Wesley, Kekudusan.
Þ Tahun 1901 – Gerakan Pentakosta, Baptisan Roh Kudus
Þ Tahun 1948 – Gerakan Hujan Akhir, karunia-karunia Roh Kudus/ pelayanan Penginjil.
Þ Tahun 1960 – Gerakan Kharismatik, kespontanan dalam ibadah, Roh Kudus sebagai pemegang kendali dalam pertemuan, pujian dan tarian/pelayanan Guru.
Þ Tahun 1970/1980 – Gerakan Hidup Berjemaat, Persekutuan dan kehangatan dalam berjemaat, munculnya Persekutuan Doa/ pelayanan Gembala dan Nabi.
Þ Tahun 1990 – Pemulihan tubuh Kristus lewat 5 karunia pelayanan, kegerakan orang-orang kudus/ pelayanan Rasul.
Þ Tahun 2000 – Struktur Gereja, Kota, Kerajaan Allah.
5. Dasar Profetis (Nubuatan)
- Nubuatan yang diterima oleh Pendeta Mike Bickle dari Kansas pada tahun 1982 di Kairo “Allah akan mengubah bentuk dan ekspresi gereja dalam satu generasi sampai kepada keadaan di mana gereja tidak dapat dikenali lagi”
- Nubuatan dari Rick Joyner, guru profetik dari Charlotte,USA: “saya melihat datangnya sebuah arus balik yang luar biasa kepada kekristenan yang alkitabiah sehingga pemahaman-pemahaman yang paling mendasar tentang kekristenan, baik oleh dunia maupun oleh gereja akan berubah. Hal ini terjadi tanpa adanya perubahan-perubahan pada doktrin-doktrin dasar iman kristen, tetapi sebuah perubahan yang membuat kita hidup oleh kebenaran-kebenaran yang kita kumandangkan. Hal ini akan menjadi nyata ketika kita dengan sungguh-sungguh dikenal karena kasih kita kepada orang lain.”